IMAGINARY VOYAGE DAN POTRET MANUSIA DI ERA PETUALANGAN BESAR oleh: IACC ADMIN | Portofolio | 3 Tahun lalu
artwork#1
|
artwork#3
|
artwork#4
|
artwork#5
|
artwork#6
|
artwork#7
|
artwork#8
|
artwork#9
|
artwork#10
|
artwork#2
| | Kita tengah memasuki fase sejarah dengan intensi, volume dan percepatan pergerakan manusia, barang dan nilai lebih daripada fase-fase sebelumnya. Batas-batas antar bangsa, negara dan budaya mengabur, pula batas berbagai fakultas dan level kesadaran bersama pengetahuan yang kita bagi dan terima.
Fase sejarah ini, tak pelak lagi, dapat disebut sebagai era "Petualangan Besar". Inilah era di mana setiap orang bisa menjadi pengembara layaknya Marco Polo, Ibn Batuta dan Cheng Ho. Baik secara realis dengan menjelajah ke sudut-sudut dunia maupun secara virtual lewat wahana teknologi informasi dan rekasaya visual yang menghadirkan aneka lanskap imajiner.
Banyak petualang yang membuat laporan literer maupun visual. Namun, sedikit yang melakukannya secara kreatif lewat intensi dan renungan yang mendalam. Di antara yang sedikit itu adalah perupa Munir Kahar, seorang musafir asal Malang yang kini menjadi warga negara Amerika Serikat dan menyuguhkan kepada kita hasil-hasil penjelajahannya ke dunia imajiner dengan menggali figur-figur puitis yang menakjubkan dari dunia bawah sadar dan mimpi, serta mengemasnya dengan cat dan kuas, rupa-rupa gagasan dan perasaan.
Cara kerja Munir Kahar tersebut merupakan usaha menampilkan dimensi bawah sadar manusia yang selama ini direpresi oleh "kekaisaran logosentrisme" beserta segenap aparatusnya, mulai seleksi informasi yang sebarkan, media penyebarannya, serta model-model intervensinya terhadap struktur psikologis dan spiritual kita. Tak pelak lagi, kerja yang dilakukan Munir merupakan kerja politis sebagai proyek pembebasan suara-suara batin yang terkunci pada grafiti kesunyian dalam dinding-dinding bawah sadar umat manusia zaman ini.
Pada karya-karya Kahar kita temukan nuansa liris yang lembut pada keganjilan figur-figurnya, kerinduan akan moralitas yang manusiawi di tengah tatanan politik informasi dan pengetahuan yang mengontrol segala sesuatu sampai ke sudut terpencil jiwa kita, erotika dan humor yang lembut layaknya tembang Jawa, serta sinisme pada gagasan-gagasannya yang bicara secara simbolik dan metaforis.
Dengan kekayaan teknik, figur, sentimen dan gagasannya, pameran bertajuk Imaginary Voyage oleh perupa Munir Kahar ini hadir di hadapan kita layaknya sebuah epos petualangan yang tak hanya menarik dinikmati tapi juga layak direnungkan, serta ditindaklanjuti di tengah tema-tema seni rupa kontemporer yang didominasi oleh nalar logosentrisme lewat aneka permainan konseptual, model manajemen dan ekonomi, serta eksposisi akademisnya. Di luar nalar dominan tersebut, banyak manusia yang meningkatkan kualitas kemanusiaannya melalui seni, dengan estetika, produksi dan distribusi, serta resepsinya masing-masing. Munir Kahar menempuh petualangan di jalur itu, dengan sikap hidup dan karya-karyanya.
*Faisal Kamandobat (Penyair, Penulis Seni dan penikmat seni rupa)
|