Jejak Langkah Telinga Panjang oleh: IACC ADMIN | Portofolio | 4 Tahun lalu
Foto 1
|
Foto 2
|
Foto 3
|
Foto 4
|
Foto 5
|
Foto 6
|
Foto 7
|
Foto 8
|
Foto 9
|
Foto 10
| | Jejak Langkah Telinga Panjang, bisa dikatakan sebagai kelanjutan dari buku yang pertama berjudul Telinga Panjang - mengungkap yang tersembunyi karya Ati bachtiar yang telah merekam 43 nenek telinga sepanjang sungai Mahakam. Bersyukur, setelah berkeliling di 7 kota di Indonesia, buku “TELINGA PANJANG Mengungkap Yang Tersembunyi” terbit atas bantuan para sahabat telah memberi dampak positif bagi para pewarisnya.
Diselenggarakannya “Jambore Telinga Panjang” oleh Dinas Kesehatan Kab. Mahulu, menjadi bagian promosi pariwisata Kalimantan Timur baik tingkat nasional maupun internasional, parade Konferensi Asia Afrika di Bandung, dan menjadi referensi para mahasiswa dan desainer. Diantaranya tesis S2 Febri Dwi Suseno di jurusan desain Per il Sistema Moda Politecnico Milano-Italia, dan tema desain Ida Roy Nirwan untuk Puteri Indonesia 2018 dari Kalimantan Timur.
Karya jurnalistik Ronny Buol yang di muat di Virtual Interaktif Kompas tentang perjalanan kami telah memperoleh penghargaan jurnalistik internasional dari Perancis. Kabar lainnya, saudara angkat Dayak sekaligus teman seperjalanan kami, Emerenciana Claudia Sarita Naning, mulai memanjangkan telinganya diusia yang tidak muda lagi , 47 tahun. Juga Kamilus Jiung, seorang bapak 50 tahun dari suku Bahau.
Pendokumentasian belum tuntas. Apa yang terjadi dibalik menghilangnya para Telinga Panjang? karena arus globalisasikah? atau ada pergeseran lain?.
Perjalanan berlanjut dibantu kontributor Chris Djoka, Ganecha Yudistira, Novi Balan dan Ray Bachtiar, menyusur pesisir Kalimantan Timur dari Samarinda, Kutai Timur, Berau hingga Kaltara, menembus perkebunan sawit, area pertambangan, berpapasan dengan keajaiban alam, dan menjadi bagian dari upacara tradisi suku Dayak.
Lalu terekamlah 42 nenek telinga panjang Jadi telah terhimpun dalam buku ke dua sejumlah 85 nenek telinga panjang disepanjang sungai Mahakam dan pesisir Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara.
Berharap buku ini dapat dijadikan referensi kisah perjalanan para telinga panjang yang telah bertahan lebih dari seribu tahun.
Dengan satu cara, buku ini adalah sumbangan fotografi bagi kebudayaan Indonesia.
Ati Bachtiar
|