home about project archives id place




















Tribute to Ray Bachtiar Drajat

oleh: IACC ADMIN | Fotografi | 3 Tahun lalu

Worldpinholeday2020
Tribute to Ray Bachtiar Drajat
Retrospeksi perjalanan Kamera Lubang Jarum Indonesia

Waiting for Hannah Hoch & Raoul Hausman, judul pameran di I See Gallery menampilkan koleksi karya-karya Hannah Hoch (1889-1978) dan Raul Hausman (1886-1971), - seniman Dada yang kerap mengkritisi nilai-nilai sosial, politik dan budaya era Republik Weimar di Jerman ketika itu, serta Ray Bachtiar Drajat (b.1959), -fotografer yang kerap bereksperimen kolase-montase seperti juga terlihat pada Beber Foto Gigalitikum (Museum Nasional, 15-28 November 1999).

Jejak proses kreatif menemukan kembali prinsip lubang jarum (pinhole camera) dalam eksplorasi mencari bentuk distorsi visual yang tidak didapatkan dalam lensa kamera modern. Mengukuhkan semangatnya untuk mengenalkan kembali sejarah penemuan fotografi melalui workshop Kamera Lubang Jarum ke kota-kota di Jawa, Makasar dan Bali. Dunia pendidikan pun memberi apresiasi termasuk juga komunitas-komunitas fotografi memberi dukungan untuk melembagakan kegiatan Kamera Lubang Jarum Indonesia; membuka kemungkinan berkembangnya pembelajaran fotografi meski berada di era fotografi digital. Menurut Ray Bachtiar Drajat, pembelajaran fotografi sepatutnya dimulai dari perkenalan sejarah awal penemuan teknologi kamera demi menunjang daya imajinasi proses kreatif. Bila perlu mendorong lahirnya ekonomi kreatif dalam bidang fotografi sebagai wujud kemandirian teknologi yang menjamin tetap tersedianya produk-produk fotografi dalam memenuhi kebutuhan pendidikan.

******
World Pinhole Day, 26 April merupakan hari perayaan pengguna kamera lubang jarum se-dunia sekaligus mempromosikan seni kamera lubang jarum. Kegiatan virtual yang mengundang para kreator kamera untuk mengunggah foto-foto lubang jarum ke website pinholeday.org, - tidak diketahui secara pasti alasan pemilihan bulan april setiap tahunnya.

Di Indonesia sendiri, Kamera Lubang Jarum Indonesia (KLJI) sudah memiliki banyak afiliasi di daerah-daerah, -dari Aceh sampai Papua; dengan beragam eksperimen pembuatan kamera mulai dari ukuran kecil sampai besar, -menggunakan roll film 36mm, bungkus rokok, kaleng rokok, kaleng susu, pipa paralon, kardus bekas, kamera kayu, kamera dslr, media mobil dan seterusnya; merekam dengan kertas, film, dan memory digital. Berbagai kreasi dan inovasi kamera lubang jarum semenjak tahun 1999 telah diperkenalkan ulang oleh Ray Bachtiar Drajat dan melahirkan komunitas Kamera Lubang Jarum Indonesia pada tahun 2002 hingga KLJI diganjar penghargaan Anugrah Tirto Adisoerjo kategori communication dari Newseum Indonesia. Dengan slogan kampanye, “kalau bisa membuat kamera, kenapa harus membeli?, anjuran untuk belajar seni proses dari kerja rekam objek.

Perjalanan Ray Bachtiar Drajat dalam mengenalkan kembali prinsip kamera lubang jarum patut didokumentasikan dalam kerangka kokoh ilmu pengetahuan dan ekonomi kreatif. 21 tahun bergerilya ditengah derasnya arus digitalisasi, bukan pekerjaan ringan mengelola pembelajaran fotografi berbasis ekonomi kerakyatan. Mengelaborasi benda-benda terbuang dengan rumus fisika dasar dan praktik kerja gelombang cahaya serta optik kamera,- perpaduan ilmu pengetahuan, teknologi, dan energi kreatif. Konsep belajar yang menyenangkan, dan memberi efek kejutan seperti dituliskan Leonardo Da Vinci, “bahwa siapa sangka, dari lubang kecil kita bisa melihat alam semesta”.

Lalu, Kini, Esok
Retropeksi perjalanan KLJI Indonesia hari ini membuka pergulatan pemikiran tentang apa itu energi kreatif
pergerakan komunitas. Peta komunitas saat ini jika sudah terangkum menjadi data base (digital) memudahkan pada apa rencana masa depan dan cita-cita yang pernah diusung KLJI. Mendaur-ulang hasil kreasi untuk menemukan model baru pembelajaran fisika dasar melalui praktek fotografi, seperti yang diinginkan konsep sekolah merdeka.

*****
Mencari dan menemukan momentum kelahiran serta mendistribusikan pengetahuan kamera lubang jarum dalam wujud nyata pendidikan (kreatif) dan bermuatan pada lahirnya kemandirian (ekonomi). Mungkinkah?

Live Zoom Meeting selama 2 hari berturut-turut, 25-26 April 2020 memberikan jawaban tentang esok, masa depan setelah 18 tahun perjalanan KLJI berkeliling kampus, desa dan kota menyusuri lorong waktu sejarah peradaban fotografi modern. Seperti mempercayai ramalan post-modern, bahwa puncak pencapaian teknologi fotografi telah usai. Kini saatnya menguraikan fakta-fakta sejarah penemuan dan meresapi spirit “melahirkan kembali” dengan cara Indonesia.

******
Selamat untuk Ray Bachtiar Drajat (b.1959) dan Komunitas Lubang Jarum Indonesia (b.2002) perjalanannya telah mewarnai fotografi Indonesia dan memberi inspirasi banyak orang baik dunia ilmu pengetahuan maupun praktisi fotografi.

Road to Indonesian Pinhole Day, August 2020