Vision of a Social Vision oleh: IACC ADMIN | Seni Rupa | 9 Tahun lalu
Teks Pengantar
Oleh: Asmudjo Jono Irianto
Kendati umat manusia semakin maju terutama melalui pencapaian teknologi, namun saat bagi manusia dapat memiliki keyakinan tentang wajah dunia yang lebih baik dimasa mendatang. Timpangnya kekuatan kapital negara kaya/ maju dan negara berkembang dan miskin menghasilkan penjajahan ekonomi dan penguasaan sumber daya alam oleh para pemilik modal. Kapitalisme melalui konsumerisma mendorong manusia untuk terus mengkonsumsi secara berlebihan dan mendahulukan kepentingan personal dibandingkan kepentingan sosial dan lingkungan. Hal itu diyakini telah menyebabkan degradasi bumi. Memang tak bisa dikatakan bahwa dunia masa kini atau masa mendatang semata-mata adalah dystopia, namun jelas sulit memiliki keyakinan utopis berkenaan dengan masa depan manusia.
Franziska Fennert adalah seniman yang sadar terhadap persoalan tersebut. Namun, kendati merasa kuatir, Franziska tak lantas menjadikannya putus asa. Sebaliknya karyanya dalam proyek Vision of a Social Evolution ini walau harus dikatakan merepresentasikan keburukan wajah dan situasi dunia –karena ulah manusia- namun hal itu juga menunjukkan kepercayaan bahwa dunia bisa menuju arah yang lebih baik. Karya Franziska didasari sikap kritis terhadap system ekonomi, politik, dan sosial yang berlaku di dunia –yang dikendalikan system kapitalisme. Figur boneka kanvas Franziska yang tampak seperti mutan bisa dikatakan menjadi gambaran akan sikap manusia modern yang rakus.
Bernuansa aktivis dan partisipatoris, dengan melibatkan para pemikir lain untuk berkontribusi pada karyanya merupakan cara Franziska membagi kepedulian dan melihat kepedulian pihak lain. Karya Franziska yang hadir secara permanen di Lawang Wangi akan menjadi pengingat dan pemicu kesadaran pemirsa menuju “cara†hidup yang lebih baik dan bertangggungjawab demi masa depan manusia dan alam disekitarnya, tak harus secara revolusioner, namun perlahan tapi pasti.
Konsep: Vision of Social Vision
Oleh Franziska Fennert
Indonesia adalah Negara dalam transisi. Hegemoni budaya industri terus meningkat dengan sangat pesat. Dunia industri yang selalu menawarkan produknya dengan sangat praktis, instan, serta penawaran yang sangat menggiurkan berdampak pada ilusi kemajuan. Individu-individu mudah terpengaruh menjadi konsumen.
Konsumen yang sadar tidak akan menjadi korban dari kebutuhan yang dibuat oleh pihak luar. Melalui menjadi konsumen yang sadar dan mengorganisasikan di dalam kelompok kecil yang mempunyai kesamaan minat bisa mendukung perkembangan demokrasi secara langsung.
Kesadaran merupakan syarat utama untuk menjadi social evolusi, termasuk di dalam kehidupan spiritual. Indonesia di dalam konteks sejarahnya, memiliki potensi besar untuk evolusi sosial, karena merupakan Negara dengan tradisi spiritual yang berlangsung sudah lama. Negara yang berdasarkan Pancasila, pada sila pertama menetapkan bahwa setiap warga Negara harus berkeyakinan atau beragama. Tetapi keinginan untuk menuju kesuksesan di dalam konsumerisme meritokrasi menjauhkan kehidupan kespiritualan.
Ketika individu melihat dirinya sendiri saling terkait dengan masyarakat global, dimasa datang nationalism hanya dipandang sebagai sesuatu yang marjinal. Melalui pertukaran informasi dan kesadaran orang-orang menjadi bagian dari kesatuan. Kesatuan tersebut dengan segala perbedaan aspeknya, akan saya simbolkan dengan obyek hybrid di dalam paviliun.
Saya mau mendorong kesadaran tentang kemungkinan-kemungkinan manusia yang sudah saya deskripsikan, dengan mengintegrasikan orang-orang di dalam proses kerja instalasi: secara langsung di lapangan, lewat facebook,e-mail dan media sosial lainnya. Saya ingin minta orang-orang dari berbagai profesinya untuk memberikan catatan, sketsa, photo atau media lainnya tentang kehidupan sosial di masa depan. Material yang sudah saya terima akan didigitalisasikan dan dibuat sebagai loop yang akan saya proyeksikan di atas obyek hybrid dengan beamer.
Instalasi Visi Evolusi Sosial
Instalasi tersebut terdapat dari pavilion yang diisi dengan obyek hybrid (karya 3 dimensi) dan proyeksi video. Paviliunnya akan dikelilingi oleh tanaman-tanaman. Paviliun itu akan dibangun dengan bantuan teknis dari penduduk setempat. Obyek tersebut menggambarkan suatu penggabungan dan kesadaran-kesadaran manusia. Ini adalah symbol dari lingkungan manusia yang berfungsi sebagai suatu organisme.
Lebar tubuh obyek sekitar 170 cm dan tingginya sekitar 150 cm, terdapat enam tubuh yang bagian atasnya menampilkan berbagai bentuk simbolis dari berbagai aspek manusia. Orang Buta, Anak, Ibu, Penyembah, Pemarah dan Yang Menerangkan. Karakter Orang Buta dan Pemarah memakai topeng ekspresif yang diproduksi secara lokal oleh pengrajin Indonesia. Wajahnya para tokoh –tokoh lain akan saya lukis dengan campuran ink-akrilik, atau akan saya jahit tangan. Objek memiliki banyak kaki yang menunjuk ke arah yang berbeda-beda. Kaki-kaki menunjuk arah plural karena walaupun orang-orang sudah bersatu masih ada aspek-aspek individu.
Instalasi permanent
Lawangwangi Creative Space
Jl. Dago Giri No. 99 Bandung Indonesia
www.franziskafennert.com/udystopia/?p=works_project' target=_blank >www.franziskafennert.com/udystopia/?p=works_project
www.franziskafennert.com/udystopia/?p=exhibition' target=_blank>www.franziskafennert.com/udystopia/?p=exhibition
|